Rabu, 27 Mei 2009

DENTURE STOMATITIS

Adalah suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan patologik pada penyangga gigi tiruan di dalam rongga mulut. Perubahan-perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema dibawah gigi tiruan lengkap atau sebagian, baik dirahang atas maupun dirahang bawah. Denture Sore mouth dan chronic atropic candidosis adalah istilah lain yang juga digunakan untuk menyatakan kelainan atau keadaan ini.
Prevalensi denture stomatitis di Indonesia hingga saat ini belum pernah dilaporkan secara pasti, walaupun demikian prevalansi tersebut (27-67%) telah banyak dilaporkan oleh pendeta di luar negeri, gigi tiruan bukan merupakan satu-satunya penyebab terjadinya perubahan pada mukosa mulut. Budtz-Jorgensen mengemukakan bahwa denture stomatitis dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor yaitu : trauma, infeksi, pemakaian gigi tiruan yang terus menerus,oral hygiene jelek, alergi, dan gangguan factor sistemik. Oleh karena itu gambaran klinis maupun gambaran histopatologis juga bervariasi, sehingga perawatannya pun perlu dilakukan dengan berbagai cara sesuai dengan kemungkinan penyebabnya.

PENGERTIAN DAN PREVALENSI
Dokter gigi yang telah membuatkan gigi tiruan pada seorang penderita sering mendapatkan keluhan tentang adanya rasa kurang enak atau rasa sakit akibat pemakaian gigi tiruan tersebut. Biasanya dokter gigi hanya mengurangi atau menghilangkan bagian-bagian dari gigi tiruan yang dianggap sebagai penyebabnya. Tetapi yang sering dijumpai adanya kelainan atau rasa sakit yang timbul karena mukosa penyangga tersebut tidak dilakukan perawatan. Akibatnya penderita yang telah menderita kelainan atau perubahan pada mukosa rongga mulut penyangga gigi tiruan sukar untuk dapat menerima gigi tiruan kembali bila tidak dilakukan pengobatan dengan baik.
Kelainan atau perubahan ini sering disebut sebagai Denture Stomatitis atau Denture Sore Mouth, atau Chronic Atriphic Candidosis. Pada jurnal ini, istilah denture stomatitis yang akan digunakan untuk menyatakan kelainan atau perubahan patologik pada mukosa penyangga gigi tiruan. Walaupun sering dijumpai keluhan sampai adanya perubahan patologik pada mukosa rongga mulut karena gigi tiruan yang dipakainya, prevalensi denture stomatitis pada pemakai gigi tiruan di Indonesia belum pernah dilakukan penelitian.
Namun beberapa pendatang di luar negeri, antara lain : Nyquist melaporkan 27% dari 609 pemakai gigi tiruan kelainan tersebut, sebaliknya sebagai perbandingan Love et all melaporkan perubahan atau kelainan tersebut diderita 43% dari 552 pemakai gigi tiruan lengkap yang diperiksa kembali.
Selanjutnya oleh Budtz-Jorgensen dilaporkan bahwa 67% dari 303% orang yang memakai gigi tiruan lengkap menderita denture stomatitis. Dia juga melaporkan bahwa kelainan atau denture stomatitis lebih banyak dijumpai pada wanita daripada pria.
KLASIFIKASI
Sehubungan dengan adanya berbagai macam etiologi yang diduga dapat menimbulkan denture stomatitis, gambaran klinis yang tampak tidak memberikan bentuk yang spesifik dan menurut Newton.
Secara klinis denture stomatitis dibagi 3 tipe yaitu :
Tipe I : Tampak Hyperaemia berupa noda atau titik sebesar jarum pentul
Tipe II : Eritema yang tidak terbatas tegas
Tipe III : Inflamasi Granuler atau hyperplasia papiler
Atropi epitel, stratum korneum yang tipis disertai infiltrasi leukosit pada epitel, adalah gambaran yang sering ditemukan pada pemeriksaan histopatologi, meskipun keadaan ini sering dijumpai pada denture stomatitis oleh karena Candida albicans disbanding denture stomatitis yang disebabkan trauma.
Etiologi
Walaupun denture stomatitis hanya didapatkan pada penderita pemakai gigi tiruan lepasan, bukan berarti bahwa gigi tiruan tersebut merupakan satu-satunya penyebab. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa denture stomatitis dapat disebabkan oleh beberapa macam factor yaitu :
¨ Trauma
Adanya ketidaktepatan serta ketidakstabilan gigi tiruan lepasan, dapat mengakibatkan trauma mekanis serta dapat mengiritasi jaringan penyangganya, yang akhirnya dapat menimbulkan luka atau yang sering disebut Stomatitis. Hal ini sesuai dengan pendapat Phelan dan Levin, bahwa iritasi mekanis karena gigi tiruan yang kurang tepat merupakan factor penting penyebab terjadinya denture stomatitis.
Selain itu juga telah dibuktikan oleh beberapa peneliti mengenai adanya korelasi yang nyata antara trauma, membrane mukosa, dan denture stomatitis. Dengan mengetahui penyebab denture stomatitis yang hanya disebabkan oleh factor utama tersebut, menghilangkan ketidakstabilan gigi tiruan lepasan akan tampak adanya penyembuhan. Hal ini sesuai dengan pendapat Nyquist yang menyatakan adanya penyembuhan setelah perbaikan ketidakstabilan gigi tiruan.
- Infeksi
Pemakaian gigi tiruan merupakan salah satu factor penyebab keberadaan C. albicans didalam rongga mulut, kecuali itu juga dapat menyebabkan prevalensi C. Albicans di dalam rongga mulut. C albicans disamping merupakan flora normal dengan pravelansi sekitar 45% ternyata pravelansi tersebut dilaporkan meningkat pada pemakai gigi tiruan dengan keadaan rongga mulut sehat yaitu 47,5% sampai 55,6%.
Penderita yang memakai gigi tiruan lepasan harus benar-benar menjaga kebersihan, karena adanya plak pada basis gigi tiruan merupakan tempat yang baik bagi berkumpulnya mikroorganisme termasik C.albicans. Peningkatan jumlah C.albicans dapat mengubah sifat komensal menjadi parasit, yaitu dari bentuk yeast menjadi hyphae. Bentuk hyphae ini merupakan inisiator invasi kedalam jaringan sehingga dapat menimbulkan denture stomatitis.
Penanganan karena adanya C.albicans pada denture stomatitis ditekankan pada kebersihan rongga mulut dan gigi tiruan. Untuk kandidosis yang terjadi seperti Acute pseudomembranous Candidosis dan Acute erytematus Candodisis pengobatannya dilakukan dengan pemberian Nystatin, amphotericin, miconazole atau chlorhexidine secara topical. Gigi tiruannya didisinfeksi dengan menggunakan chlorhexidine untuk mencegah pelekatan antara C. Albicans dengan gigi tiruan lepasan yang terus menerus. Pada penderita yang memakai gigi tiruan lepasan, sehingga dari mukosa mulutnya tertutup oleh basis gigi tiruan lepasan, sebagian dapat mengurangi efek air ludah, karena gangguan kelenjar ludah pada mukosa. Gigi tiruan ini menimbulkan trauma ringan yang terus menerus pada membrane mukosa. Keadaan ini memudahkan invasi antigen C.albicans ke dalam jaringan. Efek ini akan diperberat bila disertai dengan obstruksi kelenjar ludah dan rusaknya epitel akibat jelas yang ditimbulkan gigi tiruan.
Selain itu sIgA (Secretory IgA) yang terdapat di dalam saliva dan merupakan salah satu mekanisme pertahanan terhadap kandisosis rongga mulut tidak bias mencapai mukosa karena terhalang gigi tiruan, sehingga penderita yang memakai gigi tiruan terus menerus mudah mengalami denture stomatitis. Karena itu, pemakai gigi tiruan disarankan melepas gigi tiruannya pada waktu istirahat, terutama pada malam hari.
- Kebersihan Rongga Mulut
Kebersihan rongga mulut yang jelek merupakan tempat subur bagi pertumbuhan mikroorganisme, karena pada kebersihan rongga mulut yang jelek bias terjadi perubahan pH saliva, sehingga meningkatkan jumlah/kepaduan dan vurulensi jamur C.albicans. hal ini dilaporkan pada penelitian sebelumnya bahwa pada ibu hamil yang kebersihan rongga mulutnya jelek dilaporkan sebanyak52 dari 55 penderita (94,5%) menderita kandidosis. Selain itu kebersihan rongga mulut yang jelek dilaporkan merupakan salah satu factor predisposisi local untuk terjadinya denture stomatitis. Yang terpenting dilakukan dalam hal ini adalah menghilangkan predisposisi local tersebut menjaga kebersihan rongga mulut.
- Alergi
Bahan basisi tiruan lepasan umumnya terbuat dari resin akrilik. Salah satu unsure resin akrilik yang menimbulkan reaksi alergi adalah metal-meta krilat. Biasanya reaksi alergi terjadi segera setelah kontak dengan gigi palsu. Tetapi denture stomatitis, radang terjadi pada penderita dengan gigi palsu yang sudah lama atau tidak baik. Akibatnya factor reaksi alergi ini sudah banyak diabaikan.
- Gangguan Faktor sistematik
Beberapa factor sistemik memudahkan terjadinya infeksi yang disebabkan oleh C.albicans, yaitu : diabetes mellitus, malnutrisi, dan pemakaian obat-obatan dalam waktu lama, misalnya kortikosteroid dan antibiotika. Penderita dengan gangguan factor sistemik akan mudah mengalami denture stomatitis, terutama bila tidak memperhatikan factor predisposisi local, antara lain : lama pemakaian gigi tiruan lepasan, kebersihan rongga mulut, kebersihan gigi tiruan lepasan.